Lalu ketika misalnya seorang pejabat tinggi negara, presiden misalnya mengatakan bahwa sebentar malam jam 3 dini hari saya mau datang ke rumah kamu. Apa yang Anda lakukan? Pasti Anda dengan senang hati menyambutnya, kalau perlu tidak usah tidur malam (demi menunggu dan menyambut kedatangan pak presiden).
Dari ilustrasi di atas, ingin saya katakan bahwa apapun yang kita anggap penting, apapun yang kita anggap pertama pasti akan kita utamakan begitu pula sebaliknya, apapun yang kita utamakan akan kita kerjakan pertama.
Lalu kemudian.... bukankah setiap pagi (kira2 setengah 5 atau jam 5), Allah selalu memanggil kita (yang muslim) untuk menunaikan shalat subuh? Bahkan sebelum panggilan subuh datang, Allah selalu berseru di sepertiga malam yang terakhir, seolah - olah berkata, "hai hambaku, siapa yang bangun pada waktu ini dan memohon ke padaKu maka pasti Aku kabulkan permohonannya, dan siapa yang datang memohon ampun maka pasti Aku ampuni". Setiap hari Allah selalu mengulang panggilannya, tapi di antara kita, berapa banyak yang datang memenuhi panggilan tersebut? Terlena dengan tidur makanya banyak yang tidak memenuhi panggilan subuh, bagaimana mau shalat subuh kalau bangunnya jam 6 atau jam 7... yang banyak juga kejadian, sudah bangun pagi - pagi ( jam 4 misalnya), tapi bukan bersiap - siap untuk subuhan tapi sibuk mempersiapkan diri berangkat kantor... (maklum kalau telat berangkat pasti kena macet, katanya....).
Prioritas keduniaan membuat kita jadi kalang kabut dan hidup seakan dikejar waktu, sehingga jadilah kita 'budak' waktu, 24 jam sehari seakan tidak cukup. Bangun pagi - pagi agar bisa sampai kantor tepat waktu (kalau telat takut BOS marah), ada janjian pagi bangunnya pagi - pagi agar tidak mengecewakan partner janjian. Tapi urusan panggilan Allah, tidak pernah tepat waktu, yang lebih celaka lagi panggilan Allah tidak dihiraukan sama sekali. Toh masih ada besok, toh kalau tidak dipenuhi sanksinya tidak lansung diterima.
Apa yang Anda anggap pertama pasti Anda utamakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar