Di sebuah negeri yang entah berantah, hiduplah seorang raja yang cukup terkenal dan disegani oleh rakyatnya. Di suatu pagi yang cerah, sang raja mengumpulkan semua hulubalang dan pejabat tinggi di negerinya. Sang raja ingin mengetahui perkembangan rakyatnya, tampillah seorang hulubalang, ia adalah kepala dari pejabat - pejabat di negeri tersebut. Ia melaporkan kepada sang raja bahwa keadaan negeri aman, tenteram, rakyat dapat menjalankan kegiatan sehari - harinya dengan aman tanpa gangguan apapun. Tidak ketinggalan hulubalang melaporkan bahwa semua aturan dan kebijakan dari sang raja telah dilaksanakan oleh rakyat dengan sebaik - baiknya dan tidak ada pelanggaran yang berarti. Mendengar laporan hulubalang, sang raja pun tampak senang dan sumringah karenanya. Tak lupa sang raja berpesan agar keadaan tersebut tetap dipertahankan. Menjelang siang, pertemuan pun berakhir.
Jauh di luar istana sang raja, di dalam sebuah hutan lebat, tinggallah seorang pertapa tua yang bijaksana. Ia mengasingkan diri dan memilih hidup sendiri di tengah hutan belantara. Di siang hari, pekerjaannya adalah berusaha menanami kembali hutan yang rusak akibat pohonnya telah banyak ditebang oleh penduduk sekitar. Sang pertapa hidup dengan sangat sederhana, ia tinggal dalam sebuah gubuk kecil yang terbuat dari pohon kayu, berdinding dan beratapkan daun pohon yang ia rajuk sendiri. Untuk kebutuhan makan sehari - harinya, ia mengambil dari biji - bijian buah - buahan yang ia tanam sendiri di sekitar gubuknya.
Pada suatu malam, tepatnya di malam purnama, keluarlah sang pertapa tua, ia turun dari hutan dan mendatangi perkampungan yang ada di sekitarnya. Sesuai dengan kebiasan masyarakat di kampung tersebut, setiap malam purnama diadakan pesta besar - besaran di rumah kepala kampung atau kepala suku, pesta ini biasanya digelar selama tiga malam. Pestanya pun sangat ramai, semua penduduk berkumpul, aneka makanan dan minuman disiapkan untuk para tamu, semua penduduk bebas dan bisa ikut berpesta.
Ketika sampai di rumah kepala suku tempat pesta digelar, masuklah sang pertapa ini ke dalam rumah dan berbaur dengan penduduk lainnya. Semua orang nampak begitu gembira, tak lupa musik dan tarian lokal dipertunjukkan. Ketika hendak minum, tiba - tiba datang seorang anak muda dengan pakaian yang sangat tidak sopan menurut aturan dan tata keramah di kampung tersebut, di tangannya memegang botol minuman, dan secara tiba - tiba, anak muda ini menampar wajah sang pertapa sehingga ia pun terjatuh. Betapa kagetnya pertapa ini, belum sempat ia berdiri, anak muda ini kembali menamparnya dan menyiramkan minuman ke tubuhnya. Dengan wajah yang kesal, sang pertapa meninggalkan pesta dan kembali ke gubuknya di tengah hutan.
Pagi harinya, dengan perasaan yang masih jengkel akibat perlakuan anak muda semalam, sang pertapa menuju ke istana dan bermaksud untuk bertemu dengan sang raja. Sebagai pertapa yang disegani di negerinya, sang pertapa pun diperbolehkan menghadap sang raja. Ketika bertemu, pertapa ini menceritakan kepada sang raja bahwa semalam ia baru saja mendatangi sebuah pesta yang sangat ramai, semua penduduk larut dalam kegembiraan. Mendengar penuturan sang pertapa, sang raja tampak penasaran dan ingin mendatangi lansung pesta tersebut.
Pada malam harinya, sang raja pun berangkat sendiri menuju kampung tempat digelarnya pesta. Ia sengaja menyamar agar tidak diketahui oleh rakyatnya. Begitu sampai ia lansung masuk ke dalam, belum sempat ia duduk, seorang anak muda datang menghampiri dan lansung menampar wajahnya hingga ia terjatuh, sebelum ia berdiri, anak muda ini kembali menamparnya. Alangkah marahnya sang raja mendapat perlakuan seperti ini. Karena kesal dan marah ia pun lansung meninggalkan tempat pesta dan pulang ke istananya.
Pagi harinya begitu ia terbangun, sang raja lansung memerintahkan pengawal istana untuk memanggail sang pertapa. Ketika datang, dengan wajah yang masih kelihatan marah, sang raja bertanya, "Pertapa, kenapa kamu menyuruh saya mendatangi pesta itu, kamu ingin mencelakakan saya ya", tanya sang raja. "Memangnya baginda raja mendapat perlakuan apa di pesta tersebut?", tanya sang pertapa. "Sudahlah sang pertapa, kamu sudah tahu, kamu sengaja ya ingin balas dendam kepada saya karena mendapat perlakuan dari anak muda tersebut", jawab sang raja. "Mohon ampun baginda raja, saya tidak bermaksud seperti itu, saya hanya ingin agar baginda raja dapat melihat dan mengetahui sendiri bagaimana keadaan masyarakat baginda di luar sana, karena selama ini baginda raja hanya mendapatkan laporan dari para pejabat dan hulubalang istana baginda", jawab sang pertapa. Mendengar jawaban ini, sang raja terdiam, ia pun tidak menyalahkan sang pertapa.
Atas kejadian tersebut, sang raja memerintahkan pengawalnya untuk menangkap anak muda, dan akhirnya anak muda ini pun mendapatkan hukuman berat.
Moral dari cerita ini sebenarnya adalah, bagaimana dengan keadaan di negeri kita tercinta, sudahkah pemimpinnya mendapatkan laporan yang benar dan akurat tentang keadaan dan permasalahan yang dihadapi oleh rakyat? Tidakkah laporan yang mereka dapatkan itu adalah laporan asal - asalan, laporan ABS ( Asal BOSS Senang) ???
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
BalasHapusSITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!