Selasa, 06 Maret 2012

Tidak Ada Kebebasan Mutlak

Alhamdulillah... Matahari pagi kembali muncul dari peraduannya. Hal yang terjadi berulang setiap pagi, tidak pernah datang terlambat pun tidak pernah cepat. Peredarannya telah menjadi sebuah sunnatullah (hukum alam). Allah Tuhan Yang Maha Esa telah mengatur semuanya dengan sangat sempurna.


Dalam 24 jam waktu sehari, 12 jam akan dilalui siang dan 12 jam selebihnya akan dilalui malam. Semua terjadi tanpa dapat dikontrol oleh 'tangan' manusia, jika waktunya tiba, maka malam pun akan datang dan siang pun akan tenggelam, begitu pula sebaliknya.


Dalam hidup manusia menjalani hari - harinya, yang pada satu titik ia berkehendak untuk berbuat dan melakukan apa saja yang ingin dia kerjakan sekehendak hatinya. Namun, di sisi lain ada satu batasan di mana kehendak dan kemampuan manusia akan tunduk pada ketentuan dan kehendak Ilahi.


Kesadaran akan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki seharusnya membuat setiap orang sadar betapa lemahnya dia di hadapan sang pencipta. Kesadaran ini akan membuat seseorang menjadi pribadi yang senantiasa tunduk dan taat pada asas yang telah digariskan baik terhadap aturan yang lansung dari Tuhan dalam hubungannya antara hamba dengan penciptanya maupun dalam hubungannya sebagai makhluk sosial yang diikat oleh aturan dan norma - norma kemasyarakatan.


Suatu hari di hadapan sahabat, Rasulullah Muhammad SAW pernah berkata, " Hiduplah semaumu, kerjakanlah yang ingin kamu kerjakan. Tapi ingat, kamu tidak akan hidup selamanya, suatu saat kamu pasti akan mati, dan kamu akan mempertanggung jawabkan semua yang telah kamu perbuat".


Bercermin pada apa yang dikatakan Rasul tersebut, maka memang setiap orang memiliki hak untuk berbuat apa saja yang dia inginkan. Namun perlu disadari hak setiap orang dibatasi oleh :

1. Ada kewajiban yang mendahului hak.
Menuntut hak tanpa mau melaksanakan kewajiban berarti orang yang tidak tahu diri. Hak akan diberikan setelah kewajiban terpenuhi.
2. Setiap orang memiliki hak, kebebasan sama seperti kita.
Keinginan untuk berbuat "sekehendak" hati dibatasi oleh hak orang lain. Dalam hidup bertetangga misalnya, hak kita untuk membunyikan televisi dengan sekeras - kerasnya yang kita mau. Namun di sisi lain tetangga kita juga memiliki hak untuk hidup tenang, tenteram dan jauh dari kebisingan yang diakibatkan oleh suara televisi kita. Pada saat seperti ini, maka kepedulian, toleransi dan pengertian akan menjadi jalan keluar guna menghindari terjadinya hal - hal yang tidak diinginkan.


Perselisihan, pertengkaran dan masalah sering muncul karena setiap kita menginginkan kebebasan mutlak, Kebebasan yang tidak terbatas. Padahal hidup dalam negara yang mengakui persamaan hak dan kewajiban, kebebasan mutlak adalah mustahil adanya.


Semoga tulisan ini bermanfaat! Have a nice day kawan :-)


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar